KALIMANTAN DIPERSIMPANGAN JALAN
Oleh;
Dr. Ir. Parlaungan Adil Rangkuti MSi
Potensi Pulau Kalimantan Pulau Kalimantan disebut juga Borneo oleh dunia internasional, berasal dari
nama kesultanan Brunei, yang digunakan oleh kolonial untuk menyebut pulau ini secara keseluruhan.
Nama Kalimantan sebagai bagian dari Indonesia pada awalnya adalah nama yang digunakan oleh penduduk lokal. Pulau Kalimantan merupakan
pulau terbesar ketiga di dunia dan terletak di garis khatulistiwa dan berada di sebelah utara pulau Jawa dan di sebelah barat pulau Sulawesi. Luas pulau
Kalimantan secara keseluruhan mencapai sekitar 743.330 km2, yang terbagi dari tiga wilayah yakni: Indonesia (73%), Malaysia (26%), dan Brunei (1%), meliputi daratan, sungai dan gunung yang berada diluar jalur gunung api aktif. Kalimantan memiliki kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang luar biasa berupa potensi alam berciri tropika dengan kekayaan flora dan fauna yang sangat besar, khas dan unik. Kalimantan termasuk wilayah yang memiliki hutan tropika yang
berperan sebagai bagian dari paru-paru dunia. Kalimantan terkenal sebagai daerah “seribu sungai” dengan beberapa sungai terpanjang di Indonesia seperti; sungai Kapuas (1143 km) di Kalimantan Barat, sungai Barito (880 km) di Kalimantan Tengah, dan sungai Mahakam (980 km) di Kalimantan Timur. Kalimantan memiliki berbagai potensi bahan tambang seperti: batu bara, bijih emas, perak, pasir besi, batu
bara, miyak dan gas bumi, hingga bijih bauksit.
Posisi Pulau Kalimantan Wilayah Indonesia di pulau Kalimantan memiliki luas sekitar 542.630 km², yang secara administratif dibagi dalam lima provinsi yakni Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan provinsi
Kalimantan Utara. Wilayah Kalimantan beriklim tropis dengan curah hujannya
cenderung tinggi hampir sepanjang tahun dengan rerata curah hujannya >2.400 mm per tahun dan suhu udaranya cenderung konstan antara 23 °C hingga 33 °C. Daratan Kalimantan ditutupi oleh hutan tropika yang sangat luas dan lebat serta memiliki beragam jenis flora dan fauna yang spesifik dengan karakteristik hutan yang unik, antara lain: 1) Memiliki pohon yang menjulang tinggi, 2) Memiliki
kelembapan udara tinggi, 3) Memiliki vegetasi tanaman berlapis, 4) Sinar matahari tidak mampu menjangkau dasar hutan, 5) Memiliki genangan air, 6) Memiliki daya regenerasi tinggi, 7) Memiliki penghuni beragam primata, dan 8) Rumah untuk spesies langka. Pulau Kalimantan menjadi paru-paru bumi terbesar kedua di dunia setelah hutan hujan Amazon yang berada di Amerika Selatan.
Kalimantan memiliki luas hutan yang
besar, mencapai 31,10 juta hektare atau 30,3 persen dari total luas hutan Indonesia dan di dalamnya terdapat keragaman flora dan fauna. Terdapat keragaman hayati dengan berbagai macam vegetasi tropis dan berbagai jenis hewan seperti orang utan, beruang, landak, owa-owa, beruk, kera, bekantan, tenggiling, buaya, kungkang, arwana, burung rangkong, betet/beo dan hewan lain yang bervariasi tinggi. Hutan
Kalimantan dapat menyerap 2,6 miliar ton karbon dioksida, yang setara dengan
sepertiga jumlah karbon yang dilepaskan akibat pembakaran bahan bakar fosil. Salah satu potensi bahan tambang terbesar di Kalimantan adalah batubara.
Di samping tambang batubara menghasilkan devisa bagi negara, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti: 1) Kerusakan yang menyebabkan deforestasi, erosi tanah, dan degradasi lahan, 2) Pencemaran air berupa limbah pencucian batubara yang mencemari air sungai dan 3) Ancaman keanekaragaman hayati yang merusak habitat satwa liar.
Pertambangan batubara akan mempercepat penurunan kualitas udara, penurunan kesuburan tanah, penurunan produktivitas lahan, penurunkan produktivitas lahan, serta menyebabkan
penambahan kepadatan tanah, sedimentasi, gerakan tanah atau longsoran dan meningkatkan resiko kebakaran.
Kondisi pulau Kalimantan
Seiring dengan perkembangan agrobisnis dan agroindustri, usaha
perkebunan, usaha pertambangan serta kebutuhan lahan untuk infrastruktur dan pemukiman, maka luas hutan di Kalimantan berkurang sangat cepat (deforestasi), yang berdampak terutama terhadap pada keanekaragaman hayati, siklus air, dan iklim global. Berkurangnya hutan di Kalimantan dipercepat oleh berkembangnya industri tambang terutama tambang batubara, menjadi ancaman serius bagi
pemanasan global, dan bagi kehidupan masyarakat serta berbagai jenis satwa
langka seperti orangutan, bekantan, beruang madu, berbagai jenis owa dan lain- lain.
Kalimantan dengan kekayaan alamnya yang melimpah, kini menghadapi
tantangan serius yang mengancam keberlangsungan ekosistemnya. Hutan-hutan yang dulunya rimbun dan menjadi rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna kini semakin berkurang akibat aktivitas ilegal, konversi lahan, dan kebakaran hutan. Kerusakan ini
tidak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati, tetapi juga mengganggu kehidupan masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka. Satwa langka yang hidupnya semakin terbatas di hutan menjadi wilayah yang semakin mudah bagi perburuan liar. Debit sungai-sungai menjadi menurun
bahkan bisa menjadi kering dapat berubah menjadi tanah tandus yang sangat merugikan masa depan Indonesia.
Alih fungsi kawasan hutan di Kalimantan telah menimbulkan berbagai macam bencana seperti banjir dan pemicu kerusakan hutan. Kebakaran lahan dan hutan menghasilkan asap yang mengurangi kualitas udara dan berdampak negatif pada kesehatan masyarakat, serta menyebabkan masalah seperti kabut asap. Kerusakan
hutan akan berdampak sosial terhadap masyarakat yang mengalami hilangnya sumber daya alam yang mendukung kehiduoannya yang dapat memicu konflik lahan dan ketidakpastian ekonomi.
Artinya ancaman bencana bagi kehidupan masyarakat di Kalimantan semakin meningkat yang sangat merugikan bangsa dan masyarakat. Perlu Kemauan dan Komitmen politik
Menyimak atas potensi, posisi dan kondisi pulau Kalimantan akhir-akhir ini, memerlukan kemauan dan komitmen politik pemerintah dan seluruh komponen bangsa untuk mencari jalan tengah yakni di satu pihak untuk meningkatkan devisa bagi negara dan di lain pihak membangun usaha yang berpihak kepada upaya kesejahteraan rakyat dengan menjaga kelestarian alam.
Potensi pulau Kalimantan yang sangat
strategis sebagai paru-paru dunia, dengan kekayaan keanekaragaman flora dan fauna yang unik, serta dukungan lahan yang subur penuh air dan iklim tropis yang memiliki sinar matahari sepanjang tahun merupakan kekuatan utama bagi kehidupan bangsa
Indonesia untuk jangka panjang.
Kekayaan alam pulau Kalimantan telah menempati posisi sebagai penyumbang
devisa bagi negara dari berbagai kegiatan pembangunan perekonomian seperti: hasil kayu, perkebunan kelapa sawit, pertambangan batubara. dan sebagainya.
Namun pembangunan yang berkembang sangat cepat telah menibulkan kondisi yang mengkhawatirkan dilihat dari sisi kelestarian alam dan lingkungan hidup. Untuk menjaga posisi hutan di pulau Kalimantan sebagai benteng Indonesia maupun dunia untuk melawan perubahan iklim, perlu dicari keseimbangan yang serasi agar antara upaya peningkatan devisa bagi negara dan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat sebagai jalan tengah sehingga kemajuan bangsa dan negara dapat tercapai dengan kekayaan
alam kita dan dapat terjaga keberadaannya.
Pembangunan pulau Kalimantan perlu konsepsi baru agar pemanfaatannya
dapat berlangsung secara efisien dan efektif serta berkelanjutan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jangan membiarkan potensi alam tropika Kalimantan hilang karena salah urus, tanpa memperhatikan ekosistem dan lingkungan hidup. Potensi sumber daya alam tropika Kalimantan harus tetap sebagai potensi utama dalam pembangunan pertanian tropika yang ramah lingkungan sebagai warisan kepada generasi mendatang. Pulau Kalimantan dapat
menjadi pusat pengembangan pertanian tropika untuk percepatan penguasaan dan penerapan IPTEK modern yang ramah lingkungan, dalam rangka pembangunan potensi sumber daya manusia (SDM) profesional dalam bidang pertanian tropika, untuk didayagunakan secara nasional di seluruh Indonesia.
Pembangunan Pusat Pengembangan Pertanian Tropika Sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB) (1973-2012), saya termasuk yang beruntung telah mengunjungi hampir seluruh Provinsi yang ada di Indonesia
dalam rangka kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat) termasuk pulau Kalimantan.
Khusus daerah Kalimantan
yang pernah dikunjungi untuk kegiatan survey atau pembinaan daerah Transmigrasi antara lain; Rasau Jaya, Sebanban, Sintang, Singkawang (Kalimantan Barat), Batu
Licin, Batu Tungku (Kalimantan Selatan), Sebangau, Muara sungai Bahaur, Pulang Pisau (Kalimantan Tengah),Teluk Dalam, Muara Wahau (Kalimantan Timur). Dalam melaksanakan kegiatan di Kalimantan, saya selalu berupaya memperhatikan potensi sumber daya alam pertanian tropika yang sangat mengagumkan dan nilai- nilai kearifan lokal, sehingga dari awal mempunyai niat untuk ikut serta melestarikan
kekayaan alam tropika Nusantara khususnya di Kalimantan. Dengan memperhatikan potensi, posisi dan kondisi pulau Kalimantan akhir- akhir ini, perlu pemikiran yang komprehensif untuk mencari jalan tengah agar terjadi
optimalisasi pendayaguaan potensi sumber daya alam dan optimalisasi
pemberdayaan sumber daya manusia (masyarakat) di pulau Kalimantan. Bahkan dapat menjadi pusat pengembangan IPTEK pertanian tropika kelas dunia.
Sebagai Salah satu penentu adalah penguasaan dan penerapan IPTEK modern yang tepat guna dan ramah lingkungan sesuai dengan kebutuhan di Indonesia, baik oleh pengusaha maupun oleh masyarakat.
Saya mencoba menawarkan sebuah konsep yakni berupa pembangunan “Pusat Pengembangan Pertanian Tropika Borneo” (P3TB) di Kalimantan bertaraf (kelas) dunia.
Adapun pembanguan P3TB, memerlukan lahan yang cukup untuk membangun berbagai fasilitas yang meliputi kegiatan penelitian, pengembangan dan
percepatan usaha tani masyarakat terutama untuk memperkokoh ketahanan pangan, mengembangkan energi terbarukan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Adapun deskripsi berbagai fasilitas tersebut adalah:
1. Pembangunan Institut Pertanian Tropika Borneo (IPTB), dengan berbagai
fasilitas berupa ruang kuliah, laboratorium, dan test lapangan yang fokus pada tanaman pangan (biji-bijian dan hortikultura) dan teknologi energi terbarukan (air, angin, solar energi) dalam rangka memperkokoh ketahanan pangan dan ketahanan
energi dalam jangka panjang. 2. Mengembangkan mekanisasi pertanian (agricultural engineering) yang
modern dan tepat guna secara selektif berciri tropika dalam kegiatan prapanen dan pasca panen untuk mempercepat pencapaian kehidupan yang semakin sejahtera bagi petani Indonesia di pesesaan. 3. Membangun model-model percontohan usaha tani modern yang ramah lingkungan sebagai tempat pendidikan dan latihan serta menjadi percontohan bagi kaum tani Indonesia, bahkan bagi masyarakat dunia.
4. Membangun museum perkembangan teknologi pertanian mulai dari teknologi
tradisional hingga teknologi modern yang sudah berkembang di Indonesia sebagai sumber informasi IPTEK pertanian serta sekaligus menjadi obyek wisata IPTEK dan wisata alam (seperti yang ada di Korea selatan).
. Konsep pembangunan Institut Pertanian Tropika Borneo (IPTB), sebagai
pusat pendidikan pertanian tropika modern yang ramah lingkungan ini telah
mendapat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor 000777606 tanggal 14 Oktober 2024.
Selanjutnya akan dikembangkan sebagai master plant yang lebih rinci oleh beberapa anggota tim pakar yang berminat.
Diharapkan konsep ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, dan secara khusus kiranya dapat membantu berupa penyediaan lahan yang
cukup, saat areal masih banyak tersedia di Kalimantan.
Di samping kegiatan pendidikan tinggi bidang pertanian tropika, juga mengembangkan pendidikan
diploma yang bersifat penerapan teknologi pertanian modern yang langsung dapat diterapkan di lapangan secara professional.
Semoga konsep ini menjadi bahan yang bermanfaat bagi percepatan
pembangunan pertanian tropika modern yang ramah lingkungan di Indonesia dan
menjadi pusat IPTEK pertanian tropika modern kelas dunia. Atas perhatian dan
dukungannya diucapkan banyak terima kasih.
Bogor, 10 November 2024
Dr. Ir. Parlaungan Adil Rangkuti M.Si
Martika Edison siliwanginews.net