EIGER
THE CHOICE IS YOURSOleh ; Yat Lessie
Gunung Eiger
terletak di Pegunungan Alpen, Swiss. Tepatnya di canton Bern, dekat dengan kota Interlaken dan Grindelwald. Gunung Eiger memiliki ketinggian 3.967 meter di atas permukaan laut dan merupakan salah satu gunung yang paling terkenal dan menantang di Pegunungan Alpen.
Tebing North Face (Dinding Utara) dari Gunung Eiger terletak di sisi utara Gunung Eiger, di Pegunungan Alpen, Swiss. Dinding ini sangat terkenal karena kemiringannya yang curam dan ketinggiannya yang mencapai 1.800 meter, membuatnya menjadi salah satu tebing yang paling menantang dan berbahaya di dunia bagi pendaki gunung. Tidak kurang dari 67 nyawa yang sudah terenggut, di tebing yang sudah di sakralkan oleh banyak pendaki gunung dan pemanjat tebing di seluruh dunia.
Jadi wajar ketika kesakralan nama Eiger kemudian dikaitkan dengan kegiatan di alam bebas. Menjadi lumrah pula kalau nama ini kemudian dijadikan brand ambasador nya produk-produk untuk berkegiatan di alam terbuka, yang mengutamakan kenyamanan, keselamatan dan keterjangkauan ekonomis rata-rata para pemakainya. Khususnya di negeri ini, yang ditaburi ribuan kelompok pendaki gunung dan pecinta alam, selaku penggunanya yang utama.
Manajemen marketing produk Eiger di kantor pusatnya di Bandung, cukup piawai dalam menjalankan roda usaha. Tahapan-tahapan standar dalam marketing, dilaluinya dengan sangat mulus.
Seperti tahapan
1. Trafick generator, alias bagaimana memancing agar calon customer mau mendatangi setiap gerai yang dibuka, seraya me lihat-lihat, membandingkan dengan produk lainnya, baik dalam kualitas produk, fungsi maupun harganya.
2. Sales generator, alias memasang harga yang cukup miring, sehingga nampak kompetitif, dibanding produk2 serupa, terutama dari luar negeri.
3. Profit generator, saat kedua tahapan diatas sudah dilalui, maka profit berupa keuntungan finansial dengan lebih lancar didapatkan, dan perlahan produk ini mulai menguasai dab mendominasi pasar, dengan mengambil segmen para pegiat alam terbuka.
4. Image builder, suka atau tidak produk Eiger sukses membangun image, selaku produk standar yang senantiasa digunakan oleh para pecinta alam, pendaki gunung dan pegiat alam terbuka. Saya pribadi termasuk penggunanya yang antusias. Mulai dari topi, ransel, celana, baju, kaos, jam tangan dll.
Saya percaya, para desiner produk sudah mendapat arahan dari para senior dikalangan dunia pegiat alam terbuka, yang berdomisili di Bandung dan sekitarnya. Layaknya kemelekatan antara Eiger dengan para pecinta alam pada umumnya. Dalam pengertian Eiger berhasil dihidupkan, dibesarkan, dimantapkan, dilanggengkan, oleh hasil penjualan dari para pelanggannya yang notabene mayoritas dari Pecinta alam, atau para konservator alam.
Lalu kabar itu bergedebuk … bruuuk !!!
Bisnis paralayang Eiger di puncak Bogor disegel oleh pa Gubernur Jabar, yang dikenal sangat concern dengan masalah lingkungan hidup.
Tapi yang meledak dahsyat persis di minggu lalu.
Entah sengaja atau tidak, sebuah drone mendapatkan pelataran terbuka tepat di Sukawana lereng Gn Tangkuban-perahu. Yang jelas jelas hasil dari bukaan hutan. Usut punya usut, proyek ini juga dikelola Eiger, setelah mendapatkan 8 buah surat ijin dari instansi terkait di kab Bandung barat. Yang mencakup lahan hutan dan perkebunan teh mencapai 480.000 m2, atau 48 hektar !!!. Serta sebagian diantaranya sudah dilakukan pembuatan bangunan dengan kerangka beton bertulang. Selain jalan masuk yang diperkeras.
Sidak pa gubernur kang Dedi Mulyadi, langsung menghentikan proyek. Seraya meninjau kembali RUTR kebupaten Bandung barat dan jabar. Karena hal ini jelas jelas sudah terjadi perubahan dalam fungsi peruntukan lahan dan tata ruang. Yang ujungnya kita sudah sama sama maphum, terjadi kapitalisasi modal jor-joran. Yang muaranya sudak bisa duga bersama, yaitu orientasi pada profit alias cuan.
Sangat kontradiktif …
Eiger yang selama ini dikenal sebagai brand ambasasor untuk para konservator lingkungan, langsung terjun bebas, melahirkan banyak tag seperti boikot eiger. Yang merupakan ekspresi dari para pecinta alam dan pegiat alam terbuka lainnya. Yang merasa dikhianati, karena uang yang mereka belanjakan untuk produk eiger, ternyata keuntungannya justru digunakan untuk merusak lingkungan alam itu sendiri. Semata hanya untuk mencari untung , untung dan untung. Sedangkan brand image yang sudah terbentuk baik selama ini, langsung hancur ber keping-keping.
Pembelaan bahwa koefisien tegakan hanya 2% saja dari seluruh total lahan. Nampaknya tak digubris oleh pa Gubernur. Karena dari pengalaman di puncak bogor, hal ini dengan mudah dilanggar. Selain bahaya yang lebih besar mengancam, berupa efek domino, yaitu akan bermunculannya usaha-usaha serupa di kaki dan lereng gn Tangkuban-perahu. Dimana ancaman bencananya tepat mengarah keselatan, ke cekungan Bandung yang di isi oleh jutaan manusia.
Dada di elus, dengan napas berat …
Kok jadi begini sih ?. Sebuah usaha yang awalnya dibangun dengan modal idealisme.Menyiapkan perlangkapan dan alat-alat personal yang bermutu serta terjangkau, untuk menyemai semangat dan gairah pioneering di tanah ini. Harus terbelokan oleh godaan bisnis cuan. Yang kontradiktif dengan semangat awal tadi.
Padahal…
Bandung sejak dulu dikenal sebagai penggagas awal jiwa-jiwa pioneering ini dibentuk. Yaitu ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pencinta alam, pendaki gunung dan penjelajah rimba, sejak tahun 60 – 70 an, sampai sekarang. Bandung menjadi sentra berkegiatan di alam bebas. Yang lalu merebak keberbagai penjuru nusantara.
Kalau para tetua Pecinta alam Bandung berumur diatas 50 th ditanya, bagaimana, kapan dan dimana jiwa militan itu pertama kali dibangun. Rasanya tak akan banyak yang protes, jika saya katakan, Jiwa militan itu pertama kali ditancapkan tepat di barak kopassus SITU LEMBANG.
Barak-barak kayu yang didirikan dipinggiran situ Lembang, dengan ketinggian sekitar 1460 mdpl. Dikelilingi oleh 12 puncak bergerigi gn Burangrang dan gn Tangkuban perahu. Dengan diselingi lembah dalam gn gedogan, leumeungan, sunda, ciherang, dsb. Yang jika malam hari, suhunya bisa drop dibawah 10 derajat celsius. Dikitari belantara yg masih asli, dihuni oleh berbagai macam spesies. Mulai dari macan tutul, macan akar, babi hutan sampai ular phyton.
Sangat sulit untuk mencari daerah latihan se ideal itu. Jadi wajar jika Kopassus menjaga dan melestarikannya dengan serius. Namun saya dan kami yang tua-tua ini, merasa sangat beruntung bisa berlatih menempa mental dan fisik di situ lembang, dalam setiap program pendidikan dan latihan dasar Pecinta alam ( diklatdas PA ) angkatan perangkatan. Seraya menanamkan jiwa militansi, konsep bela negara dan semangat pioneering, yang bahkan tetap menyala membara di dada kami hingga kini.
Sampai beberapa dekade yang lalu, Situ Lembang hanya diperuntukan bagi pelatihan khusus prajurit komando saja. Sedangkan kami dari sipil dan organisasi pecinta alam, tidak bisa menggunakannya lagi. Yang jusru hal ini menjadi pukulan telak. Karena kami harus mencari opsi alternatif untuk dijadikan basecamp pendidikan dan latihan dasar.
Celakanya, tak satupun yang bisa menyaingi bahkan sekedar untuk mendekati situasi dan kondisi Situ Lembang. Entah itu dilembah Ciherang, gn Bukit Tunggul, Sanggara, Manglayang, Kareumbi, sampai gn Malabar dan sekitarnya di kawasan Bandung selatan. Yang mengakibatkan standar kualifikasi diklatdas menjadi tidak seragam .
Kemudian saya berkhayal …
Jika saja medan pelatihan Situ Lambang bisa di replikasi, menjadi ukuran yang lebih mini. Sengaja dibentuk dan dirancang dengan mengandalkan ilmu pengetahuan yang relevan dan memadai. Dengan perhitungan yang matang, serta tetap mengedepankan kelestarian ekosistem nya.
Barak-barak yang dibangun diantara tegakan dan rimbunnya pepohonan. Semuanya menggunakan bahan kayu dan bambu. Lapangan rumput untuk olahraga dan upacara. Saluran air, terkumpul didanau buatan, dengan fungsi untuk latihan kegiatan di air, penyebrangan basah dan canoing. Sekaligus sebagai water-reservoir disaat musim kemarau. Papan tegak untuk panjat dinding. Semuanya mirip Situ Lembang hanya berskala yang diperkecil / miniatur.
Lalu saya bermimpi …
Bagaimana jika lokasi itu dibangun di tanah garapan Eiger yang kemaren bermasalah. Sebuah tempat yang tadinya diperuntukan untuk bisnis yang berorientasi pada kapitalisasi modal dan profit. Lalu dirubah, menjadi daerah khusus untuk pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda, yang mempunyai minat dan motif sebagai petualang dan pioneering di tatar sunda ini.
Terbayang, akan ada ratusan organisasi Pecinta alam di Kodya Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota cimahi, kabupaten Subang, dll. Yang akan sangat berterima kasih karena adanya lokasi untuk basecamp diklatdasnya, yang mirip dengan fasilitas di barak situ lembang.
Terbayang, akan ada ribuan anggota pramuka, yang bisa melakukan perkemaham disana. Seraya belajar tentang alam di barak-barak kelasnya. Terbayang akan ada banyak organisasi beladiri, yang bisa melakukan gashuku ( latihan di alam bebas ). Sekian banyak pula dari anggota resimen Mahawarman, dll.
Apalagi Kang Dedi Mulyadi, sebagai gubernur Jawa barat sudah mencanangkan diselenggarakannya wajib militer secara berkala, bagi siswa siswi sekolah. Yang semua itu pasti butuh fasilitas yang memadai.
Saya fikir tak akan ada yang protes jika dikenakan sekedar biaya sewa, karena semua fasilitas itu butuh modal pembangunan dan pemeliharaan. Bagi institusi yang mampu, bisa dikenakan biaya wajar. Tapi bagi organisasi yang baru tumbuh, bahkan bisa disubsidi. Sehingga konsep keadilan terjaga.
Well why not ?
Saya yakin …
Seandainya paradigma untuk mengembangkan bisnis semata, seraya melupakan brand image yang sudah terbentuk. Maka hasilnya hanyalah hastag “boikot-eiger”.
Tapi, jika sistem nilai dikembalikan ke awal, kemudian konsisten dijalani. Maka hastag akan berbalik menjadi “dukung-eiger”. Dan itulah yang kami harapkan.
Saya juga yakin …
Kang Dedi Mulyadi, akan berbalik mendukung program Eiger sebagai bentuk dari “Tobat ekologi” ini. Karena sebagai pecinta lingkungan sejati, mestinya KDM maphum dengan pentingnya konservasi alam. Namun sepenting itu pula untuk senantiasa :
Meng konservasi para konservator alam itu sendiri
Dimana Eiger justru menjadi salah satu fasilitator sistem pendidikannya
So Eiger … the choice is absolutely yours
Yat Lessie
Dikutip oleh ;
martika edison siliwanginews.net