Pejuang Kemerdekaan di Bali Tinggal 700 orang.
Bali, siliwanginews.net ==
Veteran Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah simbol keberanian, pengorbanan, dan semangat juang yang tak tergoyahkan dalam melawan penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) sebagai organisasi resmi yang menaungi para veteran, berperan penting dalam menghimpun dan mengapresiasi kontribusi mereka.
Menurut Ketua Mada Legiun Veteran Republik Indonesia – LVRI Provinsi Bali I Gusti Bagus Saputra Jumlah pejuang kemerdekaan Indonesia khususnya di Bali yang masih bertahan sekitar 700 orang dari total 24.000 pejuang pada era 1945-1949.
Mereka meninggal karena faktor usia, sedangkan beliau yang masih hidup adalah para pejuang muda yang dulu berperang di masa kemerdekaan.
Pengakuan dan penghargaan terhadap veteran tidak hanya penting bagi mereka sendiri, tetapi juga bagi generasi mendatang sebagai inspirasi dan pelajaran tentang nilai-nilai perjuangan dan patriotisme.
Sementara Veteran Pembela Tanah Air tercatat 395 orang dan
Veteran Perdamaian 220 orang.
Krisna Andika yangg saat ini menempuh S2 Kajian Budaya di Universitas Udayana membeberkan bebeberapa catatan dari alm Prof Wayan Windia yang juga Koordinator Gugus KEBANGSAAN Prof Bali.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, peran mereka ( Para Veteran) meliputi penghubung, juru masak, dan sebagai pasukan tempur maupun pembina teritorial. Seandainya suatu saat nanti mereka sudah tiada, kepada siapa kita harus bertanya dan mengadukan tentang referensi, hakikat, dan nilai-nilai perjuangan kemerdekaan di Bali.
Dalam konteks tersebut, menurut alm Prof Windia, Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) atau yang dikenal juga sebagai Bangsal di pertigaan Gaji,Dalung,Sempidi Kabupaten Badung, memiliki peranan yang sangat krusial.
Nilai penting dari situs-situs sejarah tersebut memiliki makna yang analogis dengan keberadaan Monumen Pendaratan Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai di Pantai Yeh Kuning, Monumen Perjuangan Munduk Malang, serta Monumen Taman Pujaan Bangsa Margarana. Ketiganya tidak hanya menjadi simbol perjuangan fisik melawan penjajahan, tetapi juga merepresentasikan semangat persatuan dan pengorbanan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan.
Wakil Pimpinan Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (DPRI) Sunda Kecil, almarhum Made Widja Kusuma (Pak Djoko), kerap menegaskan bahwa keempat tempat bersejarah tersebut memiliki hubungan historis yang sangat erat. Hubungan ini tidak hanya menyatukan narasi perjuangan rakyat Bali dan Sunda Kecil, tetapi juga memperkuat kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga warisan sejarah demi membangun identitas kebangsaan yang kokoh.
Monumen Perjuangan Bangsal dinilai sebagai embrio perjuangan kemerdekaan Indonesia di Bali karena menjadi lokasi strategis tempat berlangsungnya rapat-rapat rahasia yang dilakukan oleh para pejuang bawah tanah.
Di tempat ini, berbagai strategi perjuangan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dibahas secara intensif dan penuh kerahasiaan. Salah satu peristiwa paling bersejarah yang terjadi di Bangsal adalah pertemuan para pejuang pada tanggal 16 Agustus 1945, yang hingga kini dikenang sebagai momen penting dalam perjalanan perjuangan rakyat Bali.
Kenangan tersebut menjadi bukti abadi dari peran vital Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) sebagai pusat inisiasi perjuangan kemerdekaan di daerah ini. Pada masa perang kemerdekaan, hanya sedikit orang yang secara sadar bersedia terlibat karena risiko yang dihadapi sangat besar nyawa menjadi taruhannya.
Jika pihak penjajah mengetahui keterlibatan seseorang dalam mendukung atau membantu perjuangan kemerdekaan, hukuman yang menanti bisa sangat berat, bahkan hingga ancaman pembunuhan..
( Krisna Andika mahasiswa yang saat ini menempuh pedidikan S2 di Prodi Kajian Budaya di Universitas Udayana).