Dua Profesor Kedokteran Terkemuka Terima Penghargaan 8 Dasa Warsa Monumen Perjuangan Bangsal.
Denpasar, Siliwangi NEWS ========
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, FINASIM dan Prof. Dr. dr Made Wiryana, Sp.An.KIC,KAO menerima penghargaan 8 Dasa Warsa Monumen Perjuangan Bangsal.
Penganugrahan Penghargaan tersebut, diserahkan Oleh Ketua Umum Monunen Perjuagan Bangsal Dr Bagus Ngurah Putu Arhana Sp.A ( K). Di Fakultas Kedokteran Universitas Mahasaraswati Denpasar. Kamis 11/8.
Ketut Suastika, adalah seorang profesor kedokteran yang sangat berpengalaman di bidang endokrinologi dan metabolisme dan aktif dalam organisasi kedokteran nasional dan internasional, seperti Indonesian Endocrine Society, PERKENI, dan Endocrine Society
Beliau ketika menjabat Rektor Universitas Udayana meresmikan Monumen Resimen Mahasiswa Ugrasena 16 agustus 2015, yang dibangun atas dasar swadaya.
Monumen yang berdiri kokoh itu merupakan simbol setengah abad ( 1964-2014) pengabdian Resimen Mahasiswa Ugrasena mambangun Nusa dan Bangsa , berada di kawasan Monumen Perjuangan Bangsal.
Beliau juga dikenal karena kepemimpinannya dalam mempromosikan visi kedokteran yang berbudaya, seperti yang terlihat dalam kepemimpinannya di Fakultas Kedokteran Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Sementara itu, Made Wiryana, adalah seorang profesor di bidang anestesiologi dan terapi intensif di Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.
Ketika menjabat Ketua Senat Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana (Unud) Prof. Made Wiryana, mendem pedagingan Patung Krishna di Monumen Perjuangan Bangsal (MPB), Badung, Senin (19/7/2020).
Ia juga keponakan Ketua Pejuang di Buleleng Wijana dikenal Pak Item serta Ketua Program Studi Anestesi FK UNUD / RSUP Sanglah Denpasar.
Batu pertama pembangunan patung Rama dan Krishna yang diletakkan oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) ketika dianugerahi penghargaan 3/4 Abad Monumen Perjuangan Bangsal oleh Ketua Umum MPB Dr Bagus Ngurah Putu Arhana Sp.A (K). Sedangkan lencana dan Penganugrahan 1/2 Abad Resimen Majasiswa Ugrasena oleh Ketua Korps Menwa Indonesia Bagus Ngurah Rai BA SH MM di Taman Shiva Loka, Kawasan MPB, Selasa (18/52021).
Menurut Ketum MPB Dr Bagus Ngurah Putu Arhana,Sp.A ( K), Patung Rama dan Krishna dibangun masing – masing setinggi lima meter, serta kehadiran Bamsoet pada waktu tersebut meresmikan simbol rumah ibadah enam agama yang menggambarkan kemajemukan dan keharmonisan bangsa Indonesia.
Menurutnya, epos Ramayana dan Mahabrata ibarat mata air memaknai hidup dan kehidupan.
Penggalan dari Mahabrata adalah Bhagawad Gita dengan nilai-nilai terkenal sebagai pelita kehidupan dalam dialog Krishna dan Arjuna.
Salah satu sloka yang dapat menjadi renungan, Bhagavad-gita, 2.47
karmany evādhikāras te, mā phalesu kadācana mā karma-phala-hetur bhūr, mā te sango “stv akarmani
(Engkau berhak melakukan tugas dan kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil dari kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajibanmu).
Sloka itu pun yang merupakan pesan Krishna kepada Arjuna dalam Perang Kurukshetra diucapkan oleh Ketua DPR Puan Maharani , ketika menyampaikan pidato perdananya sebagai Ketua DPR RI periode 2019-2024, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2019.
Pesan serupa juga pernah disampaikan Megawati, saat membuka Kongres III PDI Perjuangan di Bali, tahun 2010 silam. Saat itu Megawati menjelaskan bahwa kalimat tersebut merupakan tulisan Bung Karno dikutip dari Bhagavad Gita.
Kutipan-kutipan sloka Bhagavadgita telah dimasukkan sebagai bahan pidato yang dibacakan di podium-podium sejak Mahatma Gandi, Nehru, Soekarno, Megawati dan banyak lagi pemimpin dunia.
Kegaguman Presiden Pertama Sukarno terhadap Bhagavad Gita pun disampikan pada Kongres Kebatinan Indonesia di Gedung Pemuda, Jakarta tanggal 17 Juni 1958.
Betapa seorang pimpinan sepatutnya-seharusnya menjadi panutan dalam melaksanakan tugas dengan ketulusan.
Seorang Albert Einstein-pun berujar:
“Ketika saya membaca Bhagawad Gita lalu merenungkan tentang bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta, segala hal lain terasa begitu tidak bermakna”.
Para tokoh dunia lainnya yang membaca Bhagavad-gita di antaranya Albert Einstein, J. Robert Oppenheimer, Mahatma Gandhi, Henry David Thoreau, Albert Schweitzer, Hermann Hesse, Swami Vivekananda, serta masih banyak tokoh besar lainnya.
Dijelaskan, kedua tokoh Rama dan Krishna yang merupakan Avatara Visnu dapat menjadi teladan para pemimpin bangsa dalam mengisi kemerdekaan menuju 100 tahun Indonesia merdeka.
( MDP Siliwangi News).
Martika Edison SILIWANGI NEWS.