Foto ; Net /Ist

Dari Debu Hingga Bintang: Menggali Hakikat Manusia dan Alam Semesta

Oleh; Holil Aksan Umarzen

Pernahkah kita berhenti sejenak dan merenungkan, dari mana asal-usul kita? Kita lahir dari debu, tanah yang hina dan sederhana. Sebuah proses yang dimulai dari materi yang kecil dan lemah, lalu berkembang menjadi makhluk yang mampu berpikir, berbuat, dan menembus batas-batas langit.

Ketika kita menyadari asal-usul ini, hati kita seakan tersentuh. Betapa kecilnya diri ini di tengah luasnya alam semesta. Tetapi, dari debu itu pula Allah SWT meniupkan ruh dan kemampuan luar biasa — akal, hati, dan potensi untuk menjelajahi seluruh ciptaan-Nya.

Alam semesta ini begitu megah dan penuh rahasia. Galaksi-galaksi yang berjuta-juta jumlahnya beredar dalam keteraturan yang menakjubkan. Bintang-bintang yang bersinar indah, planet-planet yang beredar sesuai hukum Allah, semuanya adalah ayat-ayat kauniyah yang mengajak manusia untuk bertafakur.

Sebagai manusia, kita adalah bagian kecil dari karya besar Allah itu. Tetapi, kita juga diberikan kelebihan: akal dan hati. Dengan keduanya, kita mampu memahami hakikat diri dan menembus batas-batas kehidupan.

Ilmu pengetahuan dan wahyu adalah dua cahaya yang saling melengkapi. Ilmu memberi kita jawaban “bagaimana” alam bekerja, sedangkan wahyu memberi jawaban “mengapa” dan “untuk apa” kita diciptakan. Keduanya adalah jalan menuju pemahaman hakikat manusia yang sesungguhnya.

Jangan pernah merasa kecil dan lemah. Karena dari debu, kita mampu melangkah menuju keindahan langit dan keagungan alam semesta. Kita mampu menjadi insan yang berguna, penuh makna, dan selalu dekat kepada Allah, Sang Pencipta.

Mari kita terus belajar dan menginternalisasi sifat-sifat Allah melalui Asmaul Husna. Dengan menyebut dan merenungkan nama-nama-Nya yang indah, hati kita akan selalu merasa tenang dan penuh kekuatan. Kita akan sadar bahwa segala kekuatan dan keberkahan berasal dari Allah, Sang Pemilik Segala Keindahan dan Kekuatan.

Dari debu yang hina, kita mampu menjelajah langit dan menembus batas-batas kehidupan. Yang penting, hati kita selalu terikat dan dekat kepada Allah. Karena, sesungguhnya, Dia-lah sumber kekuatan, kedamaian, dan keberkahan sejati.

Semoga kita selalu diberikan kekuatan dan keimanan untuk terus menapaki perjalanan panjang dari debu menuju bintang, dan menjadi insan yang selalu ingat akan hakikat diri dan kebesaran Allah.

Aamiin.

Martika Edison siliwanginews.net

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan